Jumat, 29 April 2011

Musik keroncong

Setelah sekian lama di sibukkan dengan urusan saya sendiri sehingga lupa kalau punya blog sebagai tempat untuk sekedar menyimpan hal-hal kecil yang saya alami, maka hari ini saya sempatkan untuk menulis sesuatu yang akhir-akhir ini sedang membuat saya tergila-gila dan pastinya tidak terlepas dari yang namanya musik.
Oke langsung saja pada kesempatan ini saya akan membicarakan tentang musik keroncong, entah kenapa saat ini saya lagi gandrung (jatuh cinta) pada musik  keroncong sampai-sampai setiap browsing selalu mencari artikel yang membahas mengenai musik ini. Menurut artikel yang saya baca di wikipedia asal usul keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India (Goa) masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban ritmenya), di mana salah satu lagu oleh Kusbini disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.
Adapun alat-alat musik yang digunakan antara lain adalah :
1. Cukulele (Cuk)
Gitar kecil berdawai tiga menggunakan senar nylon urutan nadanya adalah G,B dan E, suara dari alat ini yang membuat saya jadi suka dengan musik keroncong sampai-sampai saya memesan dari Surakarta untuk mendapatkan alat musik ini.
2. Cakalele (Cak)
Gitar ini hampir sama dengan cukulele tapi lebih tipis dan mempunyai empat senar yang terbuat dari baja, senar nomer 3 dan 4 berdekatan dengan suara yang sama, sampai kini saya masih belum tahu pasti urutan nadanya tapi menurut beberapa artikel yang pernah saya baca saat kita memainkan nada C maka cakalele memainkan nada F (disebut inF) nanti klo sudah dapat info pasti akan saya update mengenai cara memainkan alat music yang satu ini.
3. Biola
4.cello
5. Gitar melodi
6. Flute
7. Kontra bass/bass betot
Menurut saya pribadi musik keroncong adalah musik asli dari Indonesia, akan tetapi perkembangan musik ini tergolong lambat bila dibandingkan dengan genre musik yang lain seperti dangdut,pop, atau musik rock misalnya.hal tersebut mungkin dikarenakan alunan music keroncong lebih lambat dan lembut dari pada beberapa aliran music yang memiliki tempo lebih cepat seperti beberapa musik diatas sehingga kalangan muda kurang menyukainya. Dengan sedikit keberanian untuk mengimprovisasi keroncong saya yakin akan lebih banyak peminat dari kalangan muda.Seperti yang dilakukan oleh Bondan prakoso dengan keroncong protolnya terbukti banyak disukai oleh anak-anak muda. Kurangnya informasi dari cara memainkan musik ini pun juga salah satu yang menjadi kendala mengapa keroncong kalah bersaing merebut hati para pemuda. Seperti saya ini yang sekarang sedang ingin sekali belajar cara memainkan salah satu alat keroncong (cuk), masih sangat jarang ada buku atau tutorial di internet yang menjelaskan dengan detail cara-cara memainkannya.Harapan saya musik ini tidak akan pernah hilang karena kurangnya penerus sang maestro keroncong almarhum Gesang dan akan lebih banyak pemuda yang sadar  dan peduli untuk melestarikan kebudayaan asli dari Indonesia. Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa kita masih sangat kurang menghargai musik warisan leluhur kita sendiri dan lebih suka dengan musik dari luar yang semakin mengikis nasionalisme kita.Giliran kebudayaan kita diakui oleh negara lain baru deh bingung. Kok jadi ngelantur gini ya, yah tapi itulah suara hati yang ingin saya sampaikan semoga bermanfaat.HIDUP MUSIK INDONESIA.    




Tidak ada komentar:

Posting Komentar